Rabu, 09 Juni 2010

Tata Cara Mandi Janabah Sesuai Contoh Rosululloh Sollallohu 'Alaihi Wa Sallam


Saya hanya ingin merangkum apa yang saya dengar dari kajian ilmiah bertema 'Tata Cara Mandi Janabah Sesuai Contoh Rosululloh Sollallohu 'Alaihi Wa Sallam'.
Materi ini bukan hal yang seronok atau aib untuk dibahas, karena hal ini sangat penting untuk kita ketahui. Karena jika kita sedang keadaan junub, lalu kita mandi janabah tidak benar, maka sholat kita tdk sah, dan hal itu sia-sia, karena kita sholat tp tdk diterima.

Dalil mengenai hal-hal yang berkaitan dengan mandi janabah:
1. dalil wajibnya mandi jika dlam keadaan junub al-maidah ayat 6: "...jika kamu junub maka mandilah..."

2. hal-hal yg mewajibkan mandi:
- Keluar mani, dalil dari hadist Rosululloh: "khuruujul manii" (keluar mani), *baik laki2 maupun perempuan, dlam keadaan jaga atau mimpi.

- Jima' (bercampur suami isteri) baik kluar mani atau tidak, dalil dari hadist Rosululloh: dari abu huroiroh (semoga Alloh meridhoinya), "apabila seseorang duduk diantara 4 cabangnya kemudian dia bersungguh-sungguh, maka wajib atasnya mandi meskipun tidak keluar mani".
kata2 duduk di atas 4 cabang'a adlah suatu kiasan dr jima'.
*kitab bulughul marom no. 116

- setelah selesai haid, dalil dari hadist Rosululloh: "hendaklah kamu berhenti, (tidak sholat) menurut kadar haid mu, kemudian setelah berhenti haid hendaknya kamu mandi"
haid sesuai kebiasaan, misal kebiasaan haid hanya 6-7 hari, tp hr k 8 msh kluar, itu bukan darah haid, melainkan darah istihadzoh. dan jika kluar darah istihadzoh, maka berwudhu lah sebelum sholat, dan jika ingin mandi juga tidak apa.
*kitab bulughul marom no. 152

- Setelah berhenti darah nifas (darah yg kluar mengiringi kluar'a bayi), dalil dari hadist Rosululloh: disebutkan oleh para 'ulama dalilnya sama dgn darah haid, krn haid juga terkadang disebut nifas. Nifas tergantung dari bersihnya, Rosululloh membatasi nifas hingga 40 hr, tp jika 30hr sdh bersih, maka mandi dan boleh dicampuri oleh suaminya lg.
*kitab bulughul marom no 152

- Mandi jum'at, dalil dari hadist Rosululloh: "dari abi said al-khudri, bahwa Rasululloh bersabda mandi pada hr jum'at itu wajib*
mandi ini bukan untuk hari, tp untuk sholat jum'at, jd mandi ini diusahakan sebelum sholat jum'at.
*kitab bulughul marom no. 122

- Wajib memandikan mayyit muslim kecuali mati syahid: ketika abi tholib meninggal, maka Rosululloh memerintahkan ali bin abi tholib untuk lgsg menguburkan ayahnya tnpa memandikan, krn memandikan mayyit kafir tidak dibolehkan oleh Rosululloh.

- Wajibnya mandi bagi org yg msuk Islam, hal ini msh d perselisihkan di kalangan 'ulama, sebagian 'ulama mengatakan wajib, tetapi ada yg mengatakan sunnah, kecuali org tersebut dlm keadaan junub, atau berhenti darah haid bagi wanita tersebut.
Tata cara mandi tersebut hampir sama smua, kecuali cara memandikan janazah.


Tata cara mandi janabah terdapat dalam hadist Rosululloh, dari 'Aisyah dan diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim. Hadist tersebut panjang dan dikemas hanya dalam 1 hadist.

Berikut uraian tata cara mandi janabah yg saya ringkas menjadi poin per poin:
1. Niat (niat tempatnya d dalam hati, jd tdk pernah ada contoh melafadzkan niat, cukup d hati saja)
2. Membaca Basmallah
3. Mencuci kedua telapak tangan
4. Mengambil air dgn tngan kanan, kemudian menuangkan k tangan kiri dan mencuci kemaluan sebersih mungkin, dengan cara mencuci dan menggosokkan kemaluan dengan tangan kiri
5. Tangan kiri yang dibuat membersihkan kemaluan, lalu tangan kiri itu d gosokkan ke bumi (lantai, debu, tanah, atau tembok)
6. Setelah itu mencuci tangan dengan berwudhu seperti wudhu untuk sholat tetapi tdk sampai kaki. (mencuci kakinya nanti ketika ingin keluar dari kamar mandi)
7. Kemudian ambil air dengan tangan kita, dengan cara menyelupkan tangan kita ke dalam bejana / gayung, dan kemudian memasukkan tangan kita k pangkal rambut hingga basah semua. Setelah semua pangkal rambut sudah terasa basah, lalu siram kepala dengan air sebanyak 3x.
8. Menyiram air k seluruh tubuh
9. Mencuci kaki setelah selesai mandi (pada waktu keluar dari kamar mandi), dan sebagai pelengkap wudhu yang telah dilakukan tadi.
10. Setelah selesai mandi janabah ini tidak ada bacaan apa2, tidak seperti wudhu.

nb:
- Bagi perempuan yg rambutnya panjang, boleh menyanggulnya dan tdk perlu basah smua, ckup dituangkan saja, tp jika ingin dibasahi smua itu lbh baik. dalilnya adalah: ketika ada sahabat wanita bertnya kpda Rosululloh, ttg bgaimana jika saya menyanggul rambut saya? lalu Beliau menjawab boleh.
*kitab bulughul marom, hadist no. 131

- mandi junub harus merata ke seluruh tubuh

* Ada beberapa perbedaan sedikit antara mandi junub dan mandi haid bagi wanita:
1. Mandi haid dimulai dengan membersihkan darah dr tempat keluarnya darah itu dengan sesuatu yang wangi sebelum memulai mandi tersebut, umpamanya ada kain dan kain itu diberikan daun bidara atau sejenis minyak wangi, kemudian dibersihkan tempat keluarnya darah tersebut. Seterusnya sama caranya dgn mandi janabah
2. Harus membuka rambut yang disanggul (wajib hukumnya)

"Raihlah Kebahagiaan Dunia dan Akhirat dengan Ilmu"


*=ayat
"=hadist
'=perkataan ulama

Berikut adalah rangkuman dari pembahasan dauroh yang bertema "Raihlah Kebahagiaan Dunia dan Akhirat dengan Ilmu", sengaja ana tuliskan bagi ana pribadi khususnya, agar senantiasa ingat dan istiqomah, dan untuk antum antunna semua umumnya.

Dalil mengenai pentingnya menuntut ilmu Syar'i dan mulia dengan ilmu:
1. Rosululloh Sollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa berjalan di jalan dalam menuntut ilmu, maka ALLOH akan mudahkan jalannya menuju surga".
- Makna: (Di dalam hadist ini jelas dapat dilihat bahwa ALLOH akan memudahkan jalan menuju surga bagi siapa saja yang berjalan dalam menuntut ilmu).

2. Rosululloh Sollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: "Dan sesungguhnya malaikat menaungi dan merentangkan sayapnya bagi para penuntut ilmu".
- Makna: (Diriwayatkan sayap Jibril menutup ufuk, jadi apabila kita benar2 menuntut ilmu syar'i, jibril akan menaungi kita).

3. Rosululloh Sollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: " Sesungguhnya 'ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, akan tetapi para Nabi dan Rosul mewariskan ilmu. Dan barangsiapa yang mengambil ilmu-ilmu tersebut, maka sesungguhnya mereka telah mengambil kekayaan dari para Nabi dan Rosul".
- Makna: (Para Nabi dan Rosul tidak mewariskan harta berupa dinar ataupun dirham, melainkan mewariskan ilmu, dan 'ulama disebutkan sebagai pewaris Nabi, jadi kita wajib menuntut ilmu kepada 'ulama, karena ilmu tersebut banyak terdapat pada diri 'ulama).

4. Rosululloh Sollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku melaknat dunia beserta isinya, kecuali orang yang berilmu dan para penuntut ilmu".
- Makna: (Rosululloh pun telah melaknat dunia dan isinya, akan tetapi Rosululloh sangat mencintai orang-orang yang berilmu dan para penuntut ilmu. Jadi ini telah membuktikan bahwa jika kita mengaku mencintai dan ingin dicintai oleh Rosululloh, maka kita wajib menuntut ilmu SYAR'I).

5. Rosululloh Sollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apabila mati anak Adam, maka terputus semua amalannya, kecuali tiga perkara: ilmu yang bermanfaat, shodaqoh jariah, dan do'a anak yang sholeh".
- Makna: (Di dalam hadist tersebut terdapat kata-kata ilmu yang bermanfaat. Ini berarti bahwa ilmu yang telah kita wariskan dan kita ajarkan serta bermanfaat, tidak akan putus walau kita sudah meninggal).

6. ALLOH Subhanahu wa Ta'ala berfirman: *Tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya*. (Qs. At-Taubah: 122)
- Makna: (Ini bermakna bahwa menuntut ilmu itu sama seperti berjihad. Dan ALLOH memerintahkan sebahagian orang untuk tidak ikut berjihad, karena menuntut ilmu lebih bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang yang sedang berjihad jika pulang nanti).

7. ALLOH Subhanahu wa Ta'ala berfirman: *Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya*. (Qs. Al isra': 36)
- Makna: (ALLOH melarang kita mengikuti dan berbuat apa yang tidak kita ketahui ilmunya. Maka dari itu kita diperintahkan untuk senantiasa menuntut ilmu agar kita bisa mempertanggungjawabkan apa yang telah kita perbuat selama kita hidup, dan kita dapat terhindar dari adzab ALLOH Azza Wa jalla).

8. Rosululloh Sollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya ALLOH dan malaikat-Nya mendo'akan kebaikan bagi orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia, sampai ikan yang ada di lautan atau semut yang ada di sarangnya mendoa'akan dan bertasbih bagi orang yang mengajarkan kebaikan dan orang yang mendengarkan kebaikan".
- Makna: (Jelas terdapat banyak faedah dari menuntut ilmu. ALLOH dan malaikat-Nya pun mendo'akan kebaikan kepada para penuntut ilmu. Tidak hanya itu, ikan di lautan dan semut pada sarangnya pun turut mendo'akan dan bertasbih untuk para penuntut ilmu).

9. Rosululloh Sollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang mendatangi masjidku ini, dan tidak mendatangi kecuali untuk mengambil kebaikan, maka orang tersebut seperti jihad di jalan ALLOH. Dan barangsiapa yang datang ke masjidku ini tidak mengambil kebaikan, maka dia hanya melihat kekayaan orang lain".
- Makna: (Nabi Sollallohu 'alaihi wa sallam mengatakan bahwa orang yang tidak mengambil ilmu di masjid-masjid, maka orang tersebut seperti halnya dengan orang yang melihat kesuksesan orang lain di depan matanya, tanpa berbuat apa-apa).

10. Rosululloh Sollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya".
- Makna: (Jelas bahwa ALLOH dan Rosul-Nya sangat mencintai orang-orang yang mempelajari Al-Qur'an dan orang tersebut mengajarkannya kepada orang lain. Orang tersebut disebutkan sebagai sebaik-baik manusia).

11. Imam Ahmad berkata: 'Orang yang berilmu adalah orang yang takut pada ALLOH. Maka jika seseorang mempunyai ilmu tetapi tidak mengamalkan ilmunya tersebut, maka orang tersebut belum dibilang 'alim'.
- Makna: (Bagi orang yang mengaku-ngaku sebagai orang alim, padahal dia tidak pernah mengamalkan ilmunya, maka sama saja orang tersebut bukan orang 'alim dan berdusta atas apa yang dia akui).

Cara mengetahui seseorang itu 'ulama atau bukan, dapat dilihat dari:
- Bagaimana ilmu yang dia miliki, apakah sesuai dengan Al-Qur'a, sunnah, dan pemahaman para salafussolih atau tidak.
- Bagaimana aqidah orang tersebut, apakah benar ataukah sesat.
- Bagaimana akhlaknya, apakah baik terhadap semua orang, atau buruk terhadap orang lain.
- Bagaimana cara beribadahnya, apakah sudah sesuai dengan yang diperintahkan ALLOH dan dicontohkan Oleh Rosululloh atau tidak.
- Dibutuhkan persaksian dari para 'ulama lain, bahwa orang tersebut 'ulama atau bukan.
- Apakah orang tersebut mahir berbahasa Arab atau tidak. Karena di dalam menafsirkan Al-Qur'an dan hadist, dibutuhkan kemampuan berbahasa Arab yang baik, agar tidak sesat dan menyesatkan.

Nasihat bagi para pemuda agar tetap istiqomah:
1. Mengamalkan ilmu yang telah didapat
2. Muroja'ah (mengulang-ulang kembali apa yang telah kita dapat)

Demikian yang bisa ana tulis, semoga dapat bermanfaat bagi ana khususnya, dan bagi antum yang membacanya, Kesalahan datang dari ana dan syaiton, dan kebenaran hanya milik ALLOH Azza Wa Jalla.
Wallohu a'lam bisshoab.